Penabekasi.id (6/1/2020)__ Secara umum, banjir besar di awal tahun 2020 yang melanda seluruh wilayah Jabodetabek dipicu oleh hujan deras sejak Selasa (31/12/19) sore hingga Rabu (1/1/20) menjelang sore hari.
Menurut data yang dihimpun BNPB per 3 Januari 2020, lebih dari 31 ribu orang mengungsi dari rumahnya dan tercatat se-Jabodetabek total 43 orang meninggal dunia.
Korban meninggal dunia terbanyak di Kabupaten Bogor yakni 16 orang, kemudian Jakarta Timur 7 orang, Kota Bekasi dan Kota Depok masing-masing tiga orang.
Kemudian Jakarta Barat, Kabupaten Bekasi, Kota Tangerang Selatan juga Kota Tangerang masing-masing satu orang korban serta tambahan terbaru dari Kabupaten Lebak Banten terdapat 8 orang korban jiwa.
Terkait penyebabnya, 17 orang meninggal dunia akibat terseret arus banjir, 12 orang tertimbun longsor, 5 orang tersengat listrik, 3 orang mengalami hipotermia, 1 orang hilang dan dalam pendataan ada 5 orang.
"Data tersebut dikumpulkan oleh BNPB dari pusat krisis Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, BPBD, TNI, Polri dan sumber lainnya," kata Kapusdatinkom BNPB Agus Wibowo, Jumat siang (3/1/2020).
Secara umum, begitu banyak opini publik yang muncul dalam menyikapi fenomena Banjir besar ini, terlebih terjadi di malam menjelang tahun baru 2020.
Lantas bagaimana Islam menjelaskan hal ini sesuai dengan Qur’an dan Sunah Nabi-Nya? Dalam Islam, bencana alam bisa di tinjau dalam berbagai perspektif, yakni dalam perspektif sebagai suatu Ujian dari Allah SWT, bisa sebagai Musibah (Azab) dari ke-Murkaan Allah SWT atau bisa juga sebagai penjelasan dari fenomena alam yang sudah sesuai sunnatullah (ketentuan-Nya).
Sudah menjadi kewajiban bagi hamba yang beriman untuk selalu mengambil hikmah dan ibroh dari semua kejadian tersebut dengan tetap dilandasi keimanan dan berhusnudzonn kepada-Nya.
Dari musibah banjir yang terjadi di Jabodetabek dalam sehari semalam saja yang menyebabkan kelumpuhan aktifitas masyarakat, kesedihan mendalam, serta kerusakan material dari daerah-daerah yang terkena dampak banjir tersebut.
Kita harus bisa mengambil pelajaran darinya, setidaknya ada tiga i’tibar yang bisa dipetik dalam mengambil hikmah dari kejadian ini, yakni :
Pertama, Sebagai umat yang beriman kepada Allah, maka kita harus meyakini dan memahami bahwa keteraturan alam semesta dan kehancurannya menjadi tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.
Termasuk dalam hal ini adalah kejadian hujan yang menyebabkan banjir besar ataupun gempa bumi, angin taufan, tsunami dan fenomena alam lainnya menjadi ayat yang menunjukkan kekuasaan, kebesaran dan kehebatan Allah SWT di alam jagat raya ini. Tidak ada yang bisa menghadirkan bencana tersebut atau pun menolak dan mencegah kedatangannya kecuali Dia.
Dia-lah Dzat yang memiliki hak penuh dalam mengatur, mencipta, menata dan menentukan hukum di alam semesta ini, sesuai firman-Nya yang mulia:
Artinya: “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Dan apakah Robbmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia Maha Menyaksikan segala sesuatu?”. [QS. Fushilat: 53]
Mungkin benar jika ada faktor umum secara nalar logika lainnya seperti teori alam, efek penggundulan hutan, hilangnya lahan resapan, serta faktor lainnya namun jangan sampai kita lupa dan lalai bahwa Allah SWT adalah Sang Penguasa jagat raya yang mengendalikan bumi seisinya.
Perkara inilah yang menjadi problem mendasar yang harus di pahami jelas dan mendalam bahwa Sunnah kauniyah (hukum alam) tidaklah terjadi begitu saja namun semuanya ada pengaturnya yaitu Allah SWT sebagai kerangka berfikir seorang mukmin dalam melihat dan menyikapi suatu fenomena alam yang terjadi.
Kedua, musibah banjir besar kemarin yang melanda kawasan Jabodetabek juga bisa di pandang sebagai suatu ujian keimanan.
Karena hakikat kehidupan dunia semuanya adalah ujian iman. Allah SWT berfirman:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan innaa lillahi wa innaa ilahi rooji’uun. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Robb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk”. [QS. Al Baqoroh: 155 – 157].
Hal yang harus disadari pula oleh setiap orang yang beriman, bahwa saat musibah datang menghantam adalah keyakinan bahwa dirinya akan naik kelas dan menuju derajat yang tinggi dan mulia di hadapan Allah SWT.
Karena saat itu Allah menguji hamba-Nya sejatinya telah mempersiapkan untuknya sebuah anugerah dan penghargaan yang luar biasa dari-Nya. Sebagaimana sabda Nabi Saw :
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا سَبَقَتْ لَهُ مِنَ اللَّهِ مَنْزِلَةٌ لَمْ يَبْلُغْهَا بِعَمَلِهِ ابْتَلاَهُ اللَّهُ فِى جَسَدِهِ أَوْ فِى مَالِهِ أَوْ فِى وَلَدِهِ » -رواه أبو داود
Artinya: “Sesungguhnya seorang hamba jika dia hendak mendapatkan kedudukan di sisi Allah yang belum dia gapai dengan amalannya niscaya Allah akan mengujinya pada jasadnya, atau pada hartanya atau pada anaknya”. [HR. Abu Dawud]
إِنَّ عِظَمَ الجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ البَلاَءِ ، وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا ، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ –رواه الترمذي-
Artinya: “Sesungguhnya besarnya pahala sesuai dengan beratnya ujian cobaan, dan sesungguhnya Allah jika mencintai suatu kaum niscaya memberikan kepada mereka ujian cobaan, maka barang siapa yang ridho (dengan ujian tersebut) maka baginya ridho (dari Allah) dan barang siapa yang murka maka baginya murka (dari Allah)”. [HR. Tirmidzi]
Ketiga, bahwa musibah bencana alam menjadi peringatan dan adzab bagi orang-orang yang ingkar kepada Allah SWT dan berlaku maksiat kepada-Nya.
Mengapa demikian, sebab sudah menjadi hal umum bahwa pergantian malam tahun baru di berbagai tempat di isi dan di meriahkan dengan kegiatan yang melalaikan seperti pesta kembang api, panggung hiburan yang menampilkan penyanyi berpenampilan seksi, beredarmnya minuman yang diharamkan bagi umat Islam secara bebas atau mungkin terjadi kemaksiatan (Zina) di tempat-tempat tertentu, hingga Allah SWT marah dan murka, sebagaimana firman-Nya:
Artinya: “Dan jika Kami berkehendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. Dan betapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. Dan cukuplah Robb kamu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa-dosa hamba-hamba-Nya”. [QS. Al Isro’: 16-17]
Maka atas peristiwa yang menimpa masyarakat Jabodetabek saat ini, semoga bisa kita jadikan sebagai momentum terbaik untuk mengoreksi diri (taubat) agar lebih dekat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dengan menjalankan secara penuh ketaqwaan segala ibadah yang telah di sariatkan serta selalu berupaya meninggalkan larangan-larangan Allah SWT dan Rasul-Nya, sehingga kita medapatkan perlindungan dari Allah SWT dimana pun kita berada dan semoga kebaikan menyertai hidup kita di dunia dan di akhirat kelak. Aamiin. Wallohu a’lam bis showab.